Banner

Minggu, 10 April 2011

PENYUSUTAN, PENURUNAN DAN DEPLESI

A. PENYUSUTAN

Penyusutan didefinisikan sebagai proses akuntansi dalam mengalokasikan biaya aktiva berwujud ke beban dengan cara yang sistematis dan rasional selama periode yang diharapkan mendapat manfaat dari penggunaaan aktiva tersebut.

1. Faktor-faktor yang terlibat

a. Dasar penyusutan aktiva.
Dasar yang ditetapkan untuk penyusutan merupakan fungsi dari dua faktor yaitu biaya awal dan nilai sisa. Nilai sisa adalah estimasi jumlah yang akan diterima pada saat itu dijual atau ditarik dari penggunaannya. Nilai sisa merupakan jumlah dimana aktiva harus diturunkan nilainya atau disusutkan selama masa manfaatnya.
b. Estimasi umur pelayanan atau jasa.
Umur pelayanan suatu aktiva dan umur fisiknya seringkali tidak sama. Sebuah mesin secara fisik mungkin dapat memproduksi sejumlah produk tertentu selama beberapa tahun melebihi umur pelayanannya, tetapi mesin tersebut tidak digunakan selama seluruh tahun ini karena biaya pembuatan produk dalam tahun-tahun terakhir mungkin terlalu tinggi. Aktiva ditarik dari penggunaan karena ada dua alasan :
-       Faktor-faktor fisik
-       Faktor-faktor ekonomi:
♠ ketidaklayakan, terjadi apabila suatu aktiva tidak berguna lagi bagi perusahaan tertentu karena permintaan akan produk perusahaan itu telah meningkat.
♠ penggantian, penggantian satu aktiva dengan aktiva lainnya yang lebih efisien dan ekonomis.
♠ keusangan, tempat pembuangan untuk situasi yang tidak melibatkan ketidaklayakan dan penggantian.

2. Metode Penyusutan

a. Metode aktivitas (unit pengunaan atau produksi).

Misalnya :
Mesin dengan harga perolehan Rp 600.000,00 nilai sisa Rp 40.000,00. Mesin ini ditaksir selama umur penggunaan akan menghasilkan 56.000 unit produk. Depresiasi per unit produk dihitung sebagai berikut :
Depresiasi per unit = HP – NS
                                      n
                      = Rp 600.000,00 – Rp 40.000,00
                                      56.000,00
                      = Rp 10,00

Apabila dalam tahun penggunaan pertama, mesin tersebut menghasilkan 18.000 unit produk, maka beban depresiasi untuk tahun ini sebesar 18.000 x Rp 10,00 = Rp 180.000,00.

Metode aktivitas juga disebut pendekatan beban variable, mengasumsikan bahwa penyusutan adalah fungsi dari penggunaan atau produktivitas dan bukan dari berlalunya waktu. Umur aktiva ini dinyatakan dalam istilah keluaran yang disediakan atau masukan seperti jumlah jam kerja.

b. Metode garis – lurus.

Metode ini mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi dari waktu, bukan dari fungsi penggunaan. Metode ini telah digunakan secara luas dalam praktek karena kemudahannya. Prosedur garis-lurus secara konseptual seringkali juga merupakan prosedur penyusutan yang paling sesuai.

Contoh soal, misalnya : mesin dengan harga perolehan Rp 600.000,00, taksiran nilai sisa ( residu ) sebesar Rp 40.000,00 dan umurnya ditaksir selama 4 tahun.
Depresiasi tiap tahun dihitung sebagai berikut :
Depresiasi = HP – NS
                          n
             = Rp 600.000,00 – Rp 40.000,00
                                     4
             = Rp  140.000,00

Keterangan :
HP =  Harga Perolahan (cost)
NS =  Nilai Sisa ( residu )
n    =  Taksiran umur kegunaan

Jika disusun dalam bentuk tabel, maka perhitungan depresiasi dan akumulasi depresiasi dari mesin dimuka adalah sebagai berikut :

Tabel Depresiasi – Metode Garis Lurus
Akhir Tahun ke Debit Depresiasi Kredit Akumulasi Depresiasi Total Akumulasi Depresiasi Nilai Buku Aktiva

1

Rp 140.000,00

Rp 140.000,00

Rp 140.000,00
 Rp 600.000,00  Rp 460.000,00
2 Rp 140.000,00 Rp 140.000,00 Rp 280.000,00 Rp 320.000,00
3 Rp 140.000,00 Rp 140.000,00 Rp 420.000,00 Rp 180.000,00
4 Rp 140.000,00 Rp 140.000,00 Rp 560.000,00 Rp   40.000,00

Rp 560.000,00 Rp 560.000,00


c. Metode beban menurun (metode penyusutan dipercepat).

Metode ini menyediakan biaya penyusutan yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal dan beban yang lebih rendah pada periode mendatang.
  1. Jumlah angka tahun, menghasilkan beban penyusutan yang menurun berdasarkan pecahan yang menurun dari biaya yang dapat disusutkan (biaya awal dikurangi nilai sisa).
  2. Metode saldo menurun, metode ini menggunakan tarif penyusutan berupa beberapa kelipatan dari metode garis lurus.
  3. Metode penyusutan khusus
  • Metode kelompok dan gabungan / komposit. Pendekatan gabungan digunakan apabila aktiva bersifat heterogen dan memiliki umur manfaat yang berbeda. Tarif penyusutan gabungan ini ditentukan dengan membagi penyusutan per tahun dengan total biaya aktiva. Jika tidak terdapat perubahan dalam akun aktiva, maka kelompok aktiva akan disusutkan hingga ke nilai sisa atau nilai residu.
  • Metode campuran atau kombinasi. Prinsip akuntansi yang diterima umum hanya mensyaratkan bahwa metode itu menghasilkan pengalokasian biaya aktiva selama umur aktiva dengan cara yang sistematis dan rasional.
3. Pemilihan Metode. 

Banyak yang percaya bahwa metode yang paling baik menandingkan pendapatan dengan beban harus digunakan. Karena sulit untuk mempertahankan satu pendekatan sebagai lebih berguna dari lainnya atas dasar konseptual, maka pemilihan metode penyusutan seringkali didasarkan atas pertimbangan praktis. Banyak perusahaan menggunakan metode garis lurus untuk tujuan pembukuan dan menerapkan metode penyusutan dipercepat untuk tujuan pajak.

a. Masalah Penyusutan Khusus

1) Penyusutan dan Periode Parsial atau Sebagian.


Dalam menghitung beban penyusutan untuk periode parsial, perlu ditentukan beban penyusutan untuk satu tahun penuh dan kemudian merata-ratakan beban penyusutan tersebut diantara dua periode yang terlibat. Proses ini harus terus berlangsung selama masa manfaat aktiva.
2) Penyusutan dan Penggantian Aktiva Tetap.
Penyusutan sama dengan beban lain yang mengurangi laba bersih. Perbedaannya adalah penyusutan tidak melibatkan arus kas keluar periode berjalan. Dana untuk penggantian aktiva berasal dari pendapatan (yang dihasilkan melalui penggunaan aktiva), tanpa pendapatan tidak ada laba yang diwujudkan dan tidak ada arus kas masuk yang dihasilkan.
3) Revisi Tarif Penyusutan.
Ketika aktiva tetap dibeli, tarif penyusutan ditentukan dengan hati-hati berdasarkan pengalaman masa lalu dengan aktiva sejenis dan informasi lainnya yang berkaitan. Akan tetapi provisi untuk penyusutan hanya merupakan estimasi dan mungkin perlu untuk merevisinya selama umur aktiva. Perubahan estimasi harus ditangani dalam periode berjalan dan periode mendatang. Tidak ada perubahan yang harus dibuat atas haasil-hasil yang dilaporkan sebelumnya. Saldo awal tidak disesuaikan dan tidak ada upaya untuk mengejar periode sebelumnya.

B. PENURUNAN NILAI

Standar akuntansi umum mengenai nilai terendah antara biaya atau harga pasar untuk persediaan tidak dapat diaplikasikan pada properti, pabrik dan peralatan. Bahkan ketika properti, pabrik, dan peralatan telah mengalami keusangan sebagian akuntan merasa enggan mengurangi jumlah tercatat aktiva tersebut.

1. Mengakui penurunan.

Dalam standar ini, penurunan nilai terjadi apabila jumlah tercatat aktiva tidak dapat dipulihkan dan oleh karena itu perlu dihapuskan. Berbagai kejadian dan perubahan situasi mungkin akan mengarah pada suatu penurunan nilai.

2. Mengukur penurunan.

Jika pengujian tentang kemampuan pemulihan menunjukkan bahwa penurunan nilai telah terjadi maka suatu kerugian dihitung. Kerugian penurunan nilai adalah jumlah di mana jumlah tercatat aktiva melebihi nilai wajarnya.

3. Restorasi kerugian.

Setelah kerugian penurunan dicatat maka penurunan nilai tercatat aktiva yang ditahan untuk digunakan akan menjadi dasar biaya yang baru. Akibatnya dasar biaya baru ini tidak berubah kecuali untuk penyusutan di periode masa depan atau penurunan nilai tambahan.

4. Aktiva yang akan dilepaskan.

Aktiva yang diturunkan dilaporkan pada yang terendah antara biaya atau nilai wajar dikurangi biaya untuk menjualnya (nilai realisasi bersih). Karena aktiva dimaksudkan untuk dilepaskan dalam periode waktu yang singkat, maka nilai realisasi bersih akan digunakan dalam rangka menyediakan ukuran yang lebih baik atas daar yang sama dengan aktiva lainnya yang tidak menurun.

Penurunan Nilai yang maksud di sini adalah penurunan harga pokok persediaan. Harga pokok persediaan bisa turun karena beberapa hal yaitu :
 
1. Rusak / Ketinggalan Zaman
 
Persediaan bahan baku atau barang dagangan yang datang dari suplier belum tentu langsung digunakan atau dijual habis. Bahan / barang belum terpakai / terjual tersebut disimpan dalam gudang. Selama masa menunggu untuk digunakan atau dujual bisa saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, rusak misalnya atau penurunan harga jual untuk barang dagangan. Hal ini menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
 
Kerugian yang diakibatkan persediaan barang dagangan diukur dengan selisih antara harga perolehan dengan taksiran nilai bersih yang bisa direalisasi. Taksiran nilai bersih yang bisa direalisasi adalah teksiran harga jual dikurangi biaya utnuk menjual barang dagangan tersebut termasuk biaya reparasi untuk menjual barang tersebut.
 
Contoh : Sebuah toko baju, ada beberapa baju yang kancing bajunya lepas atau ada baju yang rusak. Pada kondisi normal harga perolehan baju tersebut adalah Rp. 30.000,- tapi karena cacat, baju tersebut di jual dengan harga Rp. 20.000,- setelah diperbaiki, biaya untuk memperbaiki adalah Rp. 5.000,- Nilai bersih yang bisa direalisasi adalah harga jual (20.000) dikurangi biaya perbaikan (5.000), hasilnya sama dengan Rp. 15.000,-. Dengan demikian perusahaan akan menderita kerugian sebesar Rp. 15.000,- (30.000 – 15.000). jurnal untuk mencatat kerugian ini adalah
Kerugian Penurunan nilai Persediaan 15.000
Persediaan 15.000

2. Penurunan Harga
 
Penurunan harga bisa terjadi karena stock di pasaran melimpah, daya beli masyarakat turun dan karena adanya model baru yang lebih canggih. Contoh konkrit penurunan harga adalah pada produk elektronik dan alat komunikasi handphone. Jika ada model baru maka model lama ditinggalkan / tidak lagi diminati, hal ini menimbulkan penurunan harga.
 
Contoh : Harga perolehan televisi pada kondisi normal adalah Rp. 400.000,- tapin karena ada produk baru yang lebih canggih maka produk lama tersebut kurang diminati, hal ini menyebabkan penurunan harga perolehannya menjadi Rp. 350.000,- agar produk tersebut tetap laku di jual. Penurunan harga perolehan ini menyebabkan kerugian sebesar Rp. 50.000 per satu televisi.
Jurnal untuk mencatat kerugian pada akhir bulan / tahun adalah
Kerugian penurunan nilai persediaan 50.000
Persediaan 50.000

3. Hilang / Rusak Parah
 
Apabila ada satu atau beberapa produk yang rusak parah dan tidak bisa diperbaiki lagi, atau ada produk yang hilang maka jurnal untuk mencatat hilang atau produk rusak adalah :
Kerugian penurunan nilai persediaan 50.000
Persediaan 50.000

Produk yang hilang atau rusak tersebut dicatat sebesar harga perolehannya.


C. DEPLESI

Sumber daya alam yang serinkali disebut aktiva yang dapat habis mencakup minyak, mineral, dan kayu. Aktiva ini dikarakteristikkan dengan dua fitur utama : (1) pengambilan sepenuhnya aktiva itu dan (2) penggantian aktiva ini hanya dapat dilakukan oleh tindakan alam.

1. Menentukan dasar

a. Penetapan dasar deplesi.
Perhitungan dasar deplesi melibatkan empat faktor :
  • Biaya akuisisi, adalah harga yang dibayarkan guna memperoleh hak properti untuk mencari dan menentukan sumber daya alam yang belum ditemukan atau harga yang harus dibayar untuk sumber daya yang telah ditemukan .
  • Biaya eksplorasi, seringkali diperlukan untuk menemukan sumber daya alam.
  • Biaya pengembangan, dibagi menjadi dua (1) peralatan berwujud, termasuk semua transportasi dan peralatan berat lainnya yang diperlukan untuk menambang sumber daya serta menyiapkannya untuk produksi atau pengiriman. Karena aktiva ini dapat dipindahkan dari satu lokasi pengeboran atau penambangan ke lokasi lainnya maka biaya peralatan berwujud biasanya tidak diperhitungkan dalam dasar deplesi. dan (2) biaya pengembangan tidak berwujud, dianggap sebagai bagian dasar deplesi. Biaya ini adalah untuk pos-pos seperti biaya pengeboran, terowongan, gua, dan sumur yang tidak memiliki karakteristik berwujud tetapi diperlukan dalam menambang sumber daya alam.
  • Biaya restorasi, biaya ini harus ditambahkan ke dasar dplesi untuk tujuan perhitungan biaya deplesi per unit. Kemudian setiap niali sisa yang diterima atas properti itu dikurangi dari dasar deplesi.
b. Penghapusan biaya sumber daya
 
Menentukan bagaimana biaya sumber daya alam harus dialokasikan ke periode akuntansi. Biasanya deplesi dihitung dengan metode unit produksi (pendekatan aktivitas), yang berarti bahwa deplesi merupakan fungsi dari jumlah unit yang ditarik selama periode berjalan. Tingkat deplesi yang ditetapkan dihitung dengan cara berikut :

Total biaya – nilai sisa = Biaya deplesi per unit = Total estimasi unit yg tersedia

c. Kontroversi yang berkelanjutan

1) 1977-FASB mengluarkan statement no.19, yang mengharuskan perusahaan minyak dan gas untuk mengikuti akuntansi upaya yang berhasil.
2) 1978-Dalam menanggapi kritik terhadap tindakan FASB, SEC memeriksa kembali masalah itu dan menemukan bahwa baik akuntansi upaya yang berhasil maupun biaya penuh tidak memadai karena tidak satupun yang merefleksikan substansi ekonomi dari ekplorasi minyak dan gas.
3) 1979-1091, sebagai akibat dari tindakan SEC, FASB tidak mempunyai pilihan selain menerbitkan standar lain yang menunda persyaratan bahwa perusahaan harus mengikuti akuntansi upaya yang berhasil.
4) 1981-SEC mengumumkan bahwa ia membatalkan RRA sebagai metode pengakuan akuntansi potensial dalam laporan keuangan utama produsen munyak dan gas.
5) 1986-salah satu persyaratan akuntansi biaya penuh adalah bahwa biaya hanya dapat dikapitalisasi hingga batas atas, yang tingginya ditentukan oleh nilai sekarang dari cadangan perusahaan.

2. Masalah khusus

a. Mengestimasi cadangan yang dapat dipulihkan.


Seringkali estimasi cadangan yang dapat dipulihkan harus diubah baik karena informasi baru telah tersedia maupun karena proses produksi telah menjadi lebih canggih. Masalah ini sama dengan akuntansi untuk perubahan estimasi umur manfaat pabrik dan peralatan.

b. Nilai penemuan.

Nilai penemuan merupakan istilah lebih luas yang berkaitan dengan keseluruhan daerah sumber daya alam. Seperti ditunjukkan sebelumnya akuntan tidak mengakui nilai penemuan. Akan tetapi, jika nilai penemuan akan dicatat maka suatu akun aktiva akan didebet dan akun apresiasi yang belum direalisasi akan di kredit.

c. Aspek pajak dari sumber daya alam.

Peraturan pajak telah lama menetapkan pengurangan yang lebih besar dari biaya atau persentase pajak deplesi terhadap pendapatan minyak, gas, dan kebanyakan mineral. Persentase deplesi atau statuter memungkinkan pengahapusan sekitar 5% hingga 22% (tergantung pada sumber daya alam) dari pendapatan kotor yang diterima.

d. Dividen likuidasi

Masalah akuntansi yang utama adalah membedakan antara dividen yang merupakan pengembalian modal dan yang bukan. Perusahaan yang menerbitkan dividen likuidasi harus mendebet agio saham untuk bagian yang berhubungan dengan investasi awal dan bukan ke laba ditahan, karena dividen tersebut merupakan pengembalian sebagian dari kontribusi awal investor.

Beberapa perbedaan antara deplesi dan depresiasi adalah sebagai berikut :
  • Deplesi merupakan pengakuan terhadap pengurangan kuantitatif yang terjadi dalam sumber-sumber alam, sedangkan depresiasi merupakan pengakuan terhadap pengurangan service ( manfaat ekonomi ) yang terjadi dalam aktiva tetap.
  • Deplesi digunakan untuk aktiva tetap yang tidak dapat digantilangsung dengan aktiva yang sama jika sudah habis, sedangkan depresiasi digunakan untuk aktiva tetap yang pada umumnya dapat diganti jika sudah habis.
  • Deplesi adalah pengakuan terhadap perubahan langsung dari suatu sumber alam menjadi barang yang dapat dijual, sedangkan depresiasi adalah alokasi harga perolehan ke penghasilan periode yang bersangkutan untuk suatu service yang dihasilkan ( kecuali dalam perusahaan dimana depresiasi dihitung berdasarkan hasil produksi ).
3. Metode Perhitungan Deplesi

Untuk menghitung deplesi ada 3 hal yang harus dperhatikan yaitu :

a)      Harga perolehan aktiva

Dalam hal sumber-sumber alam, harga perolehannya adalah pengeluaran sejak memperoleh izin sampai sumber alam itu dapat diambil hasilnya. Jika kumpulan pengeluaran itu terlalu kecil maka dilakukan penilaian terhadap sumber alam tersebut.

b)      Taksiran nilai sisa apabila sumber alam sudah selesai dieksploitasi.

c)      Taksiran hasil yang secara ekonomis dapat dieksploitasi.

Deplesi dihitung untuk tiap unit hasil sumber alam ( ton, barrel, dan lain-lain ). Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas berikut diilustrasikan contoh sebagai berikut :

Tanah yang mengandung hasil tambang dibeli dengan harga Rp 20.000.000,00. Taksiran isinya sebesar 150.000 ton. Tanah tersebut sesudah dieksploitasi ditaksir bernilai Rp 2.000.000,00. Deplesi per ton dihitung sebagai berikut :

Deplesi = Rp 20.000.000,00 – Rp 2.000.000,00 = Rp 120,00 per ton
                                       150.000

Jika pada tahun pertama bisa dieksploitasi sebanyak 40.000 ton, maka deplesi untuk tahun tersebut = 40.000 x Rp 120,00 = Rp 4.800.000,00

Jurnal yang dibuat untuk mencatat deplesi sebagai berikut :
Deplesi                          Rp 4.800.000,00
Akumulasi Deplesi                  Rp 4.800.000,00

Revisi Perhitungan Deplesi
Jika pembangunan tambang/sumber alam itu juga terjadi dalam masa eksploitasi, sedangkan biayanya ditaksir di muka pada waktu akan menghitung bebab deplesi, jika kenyataannya biaya pembangunan berbeda dengan yang sudah ditaksir maka perhitungan deplesi perlu direvisi. Begitu juga jika taksiran isi tambangnya berbeda dengan taksiran isi tambang yang dipakai dalam menghitung deplesi maka perhitungan deplesi perlu direvisi. Koreksi terhadap deplesi dapat dilakukan dengan 2 cara sebagai berikut :
  • Deplesi tahun-tahun lalu yang sudah dicatat dikoreksi, begitu juga untuk deplesi yang akan datang.
  • Deplesi tahun-tahun lalu yang sudah dicatat tidak dikoreksi, tetapi deplesi tahun-tahun yang akan datang dilakukan dengan data yang terakhir.
Dalam cara pertama koreksi dilakukan seperti halnya dalam aktiva tetap. Pada saat diketahui adanya perubahan, dihitung lagi deplesi per unit kemudian dilakukan koreksi. Misalnya deplesi yang lalu terlalu besar, jurnal koreksinya sebagai berikut :

Akumulasi Deplesi                                          Rp xxx
Laba Tidak Dibagi (Koreksi Laba Tahun Lalu)        Rp xxx

Dalam cara kedua, deplesi tahun-tahun lalu tidak dikoreksi, tetapi deplesi untuk tahun berjalan dan tahun-tahun yang akan datang direvisi. Misalnya, dari contoh dimuka, biaya pembangunan bertambah dengan sebesar Rp 1.800.000,00. Sesudah dieksploitasi dalam tahun  kedua sebanyak 30.000 ton, tambang ditaksir masih mengandung 90.000 ton. Perhitungan deplesi tahun kedua sebagai berikut :

Harga perolehan pertama                               Rp 20.000.000,00
( – ) nilai sisa                Rp 2.000.000,00
Deplesiasi tahun lalu     Rp 4.800.000,00        Rp   6.800.000,00
                                                                      Rp  13.200.000,00
Biaya pembangunan tahun kedua                    Rp   1.800.000,00
Jumlah yang akan dideplesi                             Rp 15.000.000,00

Taksiran isi tambang pada awal tahun kedua :

Hasil eksploitasi tahun kedua (ton)                          30.000
Taksiran isi tambang pada awal tahun kedua (ton)   90.000
Taksiran isi tambang pada awal tahun kedua (ton) 120.000

Deplesi per ton dalam tahun kedua :
Rp 15.000.000,00 : 120.000,00 =  Rp 125,00

Deplesi tahun kedua = 30.000 ton x Rp 125,00 = Rp 3.750.000,00

sumber : http://resum.wordpress.com/2011/01/16/penyusutan-penurunan-dan-deplesi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar