Banner

Kamis, 15 Desember 2011

Pajak Film Asing


Dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir, berita ekonomi menjadi sorotan yang banyak di cari oleh para kaula muda. Tentu saja hal ini cukup mengejutkan karena selama ini berita-berita mengenai kurang menjadi trending topic favorit di sejumlah forum diskusi dan website Indonesia. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Adapun kasus bermula sejak bulan Februari ketika sejumlah stasiun televisi nasional bertajuk mengenai berita ekonomi tentang pajak film asing. Kontan saja hal ini mendapat banyak sorotan dari berbagai pihak, seperti mentri pariwisata dan kebudayaan, dan tentunya saja masyarakat awam.

Banyak pihak penggemar film asing melakukan protes di sejumlah media termasuk forum online. Beberapa bulan lalu masyarakat dibuat gusar dan kecewa mengenai berita ekonomi tentang pelarangan film-film Hollywood di sejumlah bisokop di Indonesia sampai pemerintah, khususnya dinas jasa keuangan perpajakan, menemukan titik temu untuk mencapai win-win solution baik bagi penggemar film dan devisa bangsa.

Setelah beberapa bulan bioskop Indonesia menjadi lesu tanpa kepastian ijin pemutaran film hit Hollywood, kini masyarakat dan pengusaha mampu bernafas lega. Bukti bahwa film terbaru Harry Potter 7: The Deadly Hallows Part 2 sudah diputar di bisokop XXI dan Studio 21 menjadi bukti bahwa telah ditemukan suatu kebijakan perpajakan terbaru.

Solusi dari permasalahan ini adalah dengan adanya pihak importer film yang baru. Adapun pihak importer yang bersangkutan adalah PT. Omega Film. Yang lebih menghebohkan lagi banyak berita ekonomi menyebutkan bahwa putra dari SBY, Edi Baskoro, juga turut ambil bagian dalam bisnis tersebut.

Sedangkan bagaimana dengan nasib para importer sebelumnya? Tentu saja mereka harus berurusan dengan hukum dan pengadilan guna mempertanggungjawabkan permasalahan pajak yang belum mereka bayarkan dan dituding telah merugikan negara.

Kini masyarakat tidak perlu pergi ke luar negri untuk menonton film Blockbuster dan Spesial Box-office Hollywood. Meskipun jumlah pajak sudah ditetapkan, berita ekonomi terkini telah menjamin bahwa tidak akan ada harga kenaikan tiket bioskop terkait kebijakan pajak impor film yang baru yang dibebankan kepada penggemar film.

Rabu, 07 Desember 2011

Ketergantungan Impor, RI Rugi Harga Minyak Tinggi


http://images.detik.com/content/2011/12/06/1034/minyak-dalam.jpg 
Jakarta - Tingginya harga minyak mentah dunia bisa semakin memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia yang sedang dilanda krisis. Indonesia cepat atau lambat pasti akan terkena dampaknya meski tidak separah akan menimpa negara-negara yang tidak memproduksi minyak mentah.

"Harga minyak tinggi berpotensi memperlambat pertumbuhan, apalagi negara-negara bukan penghasil minyak," ujar Menko Perekonomian, Hatta Rajasa, di Istana Negara, Jakarta, Selasa (6/12/2012).

Menurutnya, dampak tingginya harga minyak yang menerpa Indonesia tidak akan seberat negara-negara bukan penghasil minyak. Sebab sejauh ini Indonesia masih mampu menghasilkan minyak meski produksinya kurang sebanding dengan kebutuhan harian sehingga masih harus melakukan impor.

ADB: Pertumbuhan Ekonomi Asia Turun


Bank Pembangunan Asia (ADB) menurunkan perkiraan pertumbuhan negara berkembang di Asia tahun depan sebagai akibat belum pulihnya krisis utang Eropa. Turunnya angka pertumbuhan disebabkan faktor eksternal, seperti lemahnya ekspor.

Dalam pernyataannya, ADB mengatakan pertumbuhan ekonomi Asia pada 2012 mencapai 7,2 persen. Angka ini turun dari prediksi September lalu, yang menyatakan pertumbuhan bisa mencapai 7,5 persen. Untuk akhir tahun ini, ADB optimistis pertumbuhan mencapai 7,5 persen.

Kepala Kantor Integrasi Ekonomi Regional ADB Iwan Azis mengatakan permintaan ekspor masih akan lemah karena masalah utang Eropa bisa berubah menjadi krisis besar pada sektor keuangan global. "Efek pertama akan terjadi pada negara-negara yang berorientasi ekspor," kata dia seperti dikutip BBC kemarin.

ADB juga memperingatkan, faktor lain yang meningkatkan risiko penurunan pertumbuhan ialah proteksionisme, larinya arus modal, serta inflasi. Negara berkembang Asia yang bakal terkena efek krisis di antaranya kawasan ASEAN, Cina, Hong Kong, Korea Selatan, dan Taiwan. Karena itu, ADB mendesak para pembuat kebijakan merespons secara kolektif potensi dampak krisis ini.

Sebelumnya, diberitakan krisis Eropa berdampak pada penurunan aktivitas industri di Asia. Aktivitas manufaktur di Cina dan Taiwan anjlok dengan laju tercepat sepanjang tiga tahun terakhir.

Federasi Pengusaha Logistik dan Badan Statistik Cina menyatakan indeks manajer pembelian (PMI) Negeri Tirai Bambu turun dari 51,2 pada September menjadi 50,4 pada Oktober. Pada periode yang sama, PMI Taiwan turun dari 44,5 menjadi 43,7. Lesunya aktivitas produksi ini disebabkan oleh merosotnya permintaan dari Eropa dan Amerika. Hal ini menegaskan ketergantungan industri Asia pada permintaan ekspor dari negara-negara maju.